Sunday, September 9, 2007

Teknokra Luncurkan Buku Talangsari 1989






Written by Administrator
Saturday, 28 April 2007

Laporan Zulkarnain

BANDARLAMPUNG - Delapan tahun sudah peristiwa Talangsari terjadi. Namun, banyak masyarakat belum mengetaui bagaimana peristiwa berdarah di Wayjepara, Lampung Timur (dulu Lampung Tengah) tersebut terjadi. Baik penyebab maupun siapa saja yang terlibat di dalamnya.

Menyikapi hal itu, Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Unila meluncurkan buku Talangsari 1989. ’’Rencananya, buku ini diluncurkan Senin (30/4) di halaman Rektorat Unila,” terang Pimpinan Umum UKPM Teknokra Taufik Jamil Alfarau, kemarin.

Menurutnya, buku karya wartawan Tempo dan Metro TV, Fadilasari, ini berbeda dengan buku lainnya tentang Talangsari. Buku ini menggambarkan peristiwa secara deskriptif mengenai bagaimana sesungguhnya peristiwa Talangsari. Mulai pembentukan pengajian Warsidi, apa ajaran mereka, sampai seperti apa kekerasan pada 7 Februari 1989 silam yang menewaskan ratusan umat Islam itu. ’’Buku ini juga mengungkap deal-deal agar kasusnya tetap tersimpan rapi,” terangnya.

Melalui buku ini, lanjutnya, Fadilasari mencoba menyadarkan masyarakat bahwa sebenarnya peristiwa Talangsari benar-benar terjadi. Dan hingga saat ini, kasusnya belum tuntas secara hukum. ’’Ini terjadi karena berita tentang Talangsari yang mengemuka di media massa setelah terjadinya perdamaian antara pelaku penyerbuan dengan para korban,” tandasnya.

Ada pun proses hukum yang terjadi, tambahnya lagi, adalah membentuk tim penyelidik oleh Komnas HAM. Tim ini sendiri akan menuntaskan penyelidikan mereka sampai bulan Agustus 2007 untuk kemudian dilimpahkan ke Kejaksaan Agung.

Semula, pungkasnya, buku ini adalah skripsi yang ditulis Fadilasari untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unila tahun 1999 lalu. Di sela-sela kesibukannya sebagai wartawan Tempo dan Metro TV di Lampung, Fadilasari kemudian mengemasnya menjadi sebuah buku yang disajikan dengan pola tertutur. ’’Gampang dicerna dan membuat pembaca seolah-olah menyaksikan langsung peristiwa pelanggaran HAM tersebut,” imbuhnya.

Usai peluncuran buku, menurut Taufik akan diadakan diskusi publik dengan tema Prospek Penegakan Hukum Kasus HAM Talangsari. Pembicara yang akan dihadirkannya, antara lain Usman Hamid (koordinator Kontras), Syarif Makhya (dosen FISIP), Azwar Kaili (saksi korban peristiwa Talangsari), dan Fadilasari (penulis buku). Sedangkan, moderatornya Ibnu Khalid (Deputy General Manager Radar Lampung).

Kagiatan ini sendiri rencananya dihadiri 200 peserta. Terdiri dari masyarakat umum, akademisi, aktivis, dan mahasiwa. Termasuk para saksi korban yang terlibat langsung dalam peristiwa Talangsari.

’’Diharapkan dengan adanya diskusi ini, masyarakat tahu bahwa sebenarnya peristiwa bukan semata-mata masalah agama. Namun, lebih karena sikap aparatur negara yang kurang menerima kritik dan perbedaan pendapat,” pungkasnya.(*)

sumber: http://radarlampung.co.id/web/index.php?option=com_content&task=view&id=2858&Itemid=29


No comments: